--> Skip to main content

Keajaiban sikap syukur kita kepada Allah.

Ajaibnya sikap syukur

Beberapa hari yang lalu diawal Maret 2017 saya diundang dalam suatu program Keluarga Berencana di Yogyakarta. Karena hotel tempat saya menginap dekat dengan sebuah masjid, maka saya menjalankan sholat subuh di masjid tersebut. Senang sekali hati saya sempat berkenalan dengan pak Martono, seorang muazzin yang ternyata bekas tukang becak tapi sekarang ini beliau telah memiliki 26 mobil sewa! Mobilnya yang dimilikinya sangat lengkap dan beragam: ada ukuran sedan dan mobil keluarga seperti Avanza dan Innova, ada pula Bus baik ukuran sedang maupun yang besar. Semua kendaraan tersebut diparkir didekat musholla dengan nilai sewa lahan parkir lebih dari tiga puluh juta setahun.
Kok bisa…?

inilah pelajaran besar bagi saya yang saya ingin berbagi dalam tulisan pendek ini. 
Saya menyeru Allah, dan berkata didalam hati: Banyak benar pelajaran disekeliling kiita yang dapat kita jadikan I'tibar (contoh) dalam kehidupan
Berbahagialah orang2 yang dapat mengambil pelajaran dari kejadian sekelilingnya.

Kembali kita kekisah pak Martono, bos pemilik puluhan mobil sewa yang saya sebutkan diatas. Penampilannya sangat sederhana. Ia mengenaka

n celana abu abu yang agak kusam. Bajunya juga biasa saja dan dia selalu ada tas kecil warna coklat yang dislempangkannya menyilang dibahunya.Mungkin tas tersebut tempat dokumen surat surat yang berhubungan dengan bisnis sewa mobilnya tersebut.
Setiap hari pak Martono bertindak sebagai muazzin di musholla kecil itu. Mulai sholat subuh sampai sholat isya. Kalau subuh beliau berada di masjid itu sampai waktu syuruq/terbit matahari. Saya perhatikan kebiasaannya. Setelah sholat subuh, beliau berdoa dengan khusyu dan nampak bagaimana beliau bersungguh sungguh dalam berdoa. Setelah itu beliau mengambil Alquran dan membacanya dengan suara pelan. Setelah mendekati matahari terbit/syuruq, sekitar jam 06:00 pagi beliau sholat sunat syuruq dua rakaat. Lalu merapikan musholla itu dan bersegera untuk mencari nafkah di kantornya yang tidak jauh dari musholla dimana kami sholat subuh bersama.
Ternyata sholat sunat syuruq itu pahalanya sangat besar, seperti hadis yang diriwayatkan Anas bin Malik sbb: "Barangsiapa yang sholat subuh berjamaah, kemudian berzikir sampai matahari terbit. Kemudian sholat dua rakaat, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala haji dan umroh". 
"Saya mensyukuri hidup ini, apapun rezeki yang diberikan Allah kepada saya, ternyata sekecil apapun rasa syukur itu sesuai dengan janji Allah akan ditambahNya". Katanya mengawali pembicaraan kami.
"Saya memulai hidup saya ini sebagai tukang beca pak" katanya ."Saya syukuri bahwa saya bisa memiliki becak. Hasilnya sedikit sedikit saya tabung, dan memulai mobil sewa dengan mobil kecil sederhana. Tapi Alhamdulillah dengan kesabaran dan kerja keras, dengan berupaya terus dekat denganNya, terasa tenang hati ini. Dan Allah menunjukkan ke Rahman Rahim anNya.
Tiba tiba saya teringat dalam ceramah buya Hamka yang saya dengar lewat sebuah kaset dimana beliau bercerita tentang seseorang yang bertanya dengan mengeluh: "Kenapa ya Buya, saya telah empat tahun sholat tahajud yang boleh dikatakan tanpa absen, tapi doa saya belum juga dikabulkan Allah". Buya menjawab: " Janganlah kamu dikte Allah. Pakaian yang kamu pakai, rumah yang kamu diami, isteri dan anak2 yang sehat, anggota tubuhmu yang sehat dan sempurna apakah semua itu tidak kamu syukuri?"." Kalau kamu tidak syukuri semua yang telah diberikan Allah itu maka hatimu tidak akan tenang. Hidupmu gelisah. Perasaan tidak tenang, gelisah dan merasa tidak pernah puas itu adalah azab Allah dari hati yang tidak pernah bersyukur!". Jelas Buya Hamka selanjutnya.
Pak Martono melanjutkan kisahnya:" Saya belajar pak, bahwa keimanan kitalah yang mengajarkan arti hidup, dari mana asal kita, dan mau kemana kita pergi setelah hidup ini. Semua ini akan mewarnai sikap dalam menatap hidup ini. Semua itu adalah anugrah Allah yang harus kita syukuri". 
Saya mengangguk menunjukkan persetujuan dari apa yang beliau sampaikan.Saya menimpali dengan mengatakan:' Kalaulah kesadaran itu tidak ada pada kita ya paki, maka samalah kami dengan binatang. Kita sebagai hamba akan lupa bahwa masih ada hidup setelah hidup ini, seperti contoh yang diberikan Allah dalam Alquran: "Orang yang diberikan mata tapi tidak mau melihat kebenaran, Telinga tapi tidak mau mendengar. Orang2 yang memiliki sifat begini diibaratkan Allah seperti binatang ternak. Tidak pernah berterima kasih, dan tidak tau mau kemana kita setelah kita mati.
Mungkin ada baiknya juga untuk melihat hidup kita sekarang ini guna menambah rasa syukur kita. Sebagian kita sempat sekolah, bukan hanya jadi sarjana, bahkan mungkin sudah sudah lulus S2 atau S3 bahkan mungkin telah menimba ilmu di luar negeri.. Kita telah ditakdirkan mempunyai pasangan pilihan kita sendiri. Memiliki anak anak yang sehat dan sukses pula. Kalaulah kita lihat kebelakang, dulu sttiapa kita?. Jangan jangan sekolah pas-pas an dan secara ekonomis juga dari keluarga yang biasa. Jangankan mobil, sepeda saja tidak punya. Tapi Allah menjadikan kita seperti sekarang ini lulus sekolah dan dapat pekerjaan, dapat jabatan yang meningkatkan derajat hidup kita dan keluarga.
Kita belajar dari sikap syukur yang dimiliki pak Martono, sehingga beliau selalu rendah hati, mau berbagi dengan anak asuh yatimnya yang berpuluh jumlahnya, dan orang orang miskin yang selalu disantuninya. Semua ini diyakini pak Martono dengan izin Allah menjadikan hidupnya lebih berkah. Hidup yang dirasakan manfaatnya bukan saja oleh keluarga sendiri tapi oleh masyarakat disekitarnya.
Ya Allah, jadikanlah kami hamba2Mu yang hatinya selalu bersyukur. Lidah yang selalu basah dalam memujiMu ya Allah. Dan berikan pula kesabaran dari setiap cobaan yang kamu berikan kepada kami, Amin ya rabbal alamin.

Bekasi, 11 Maret 2017
Risman Musa
#Grandparenting.

Comment Policy: Silahkan tuliskan komentar Anda yang sesuai dengan topik postingan halaman ini. Komentar yang berisi tautan tidak akan ditampilkan sebelum disetujui.
Buka Komentar
Tutup Komentar